Terjemahan:
“dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama
dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.”
[QS.
Yunus (10): 105]
Ketahuilah bahwa
segala perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan niat tidak akan diterima bila
ia tida ikhlas. Ikhlas mempersembahkan dengan segenap hati hanya kepada Allah,
dan tidak ada maksud setelah atau sebelum itu. Dalam firman Allah telah
dijelaskan banyak sekali hal-hal yang terkait dengan ikhlas itu, seperti ayat
yang di atas.
Dari al-Hasan
r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda dalam hadits qudsi:
“Allah berfirman,
ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang kutitipkan kepada hati orang
yang Kucintai.”
Ali bin Abu
Thalib mengatakan, “Janganlah kalian memperhatikan amal yang sedikit, namun
perhatikanlah bagaimana caranya agar diterima (walau sedikit itu). Sebab Rasulullah
bersabda, Ikhlaskanlah amalmu, pasti amal yang sedikit itu mencukupimu.”
Ini membuktikan
bahwa perbuatan yang sedikit disertai dengan niat yang tulus (ikhlas) dan tanpa
pamrih ini lebih utama daripada perbuatan yang banyak akan tetapi tidak
disertai dengan ikhlas, maka akan sia-sia juga amalan itu.*
Ketahuilah bahwa:
ilmu adalah
benih,
amal adalah
tanamannya,
niat adalah
tanahnya,
dan
ikhlas adalah
airnya.
Jika kita
mengharapkan kelak tanaman ini bisa dipanen atau memetik buahnya maka keempat unsur
itu jangan sampai ada yang dilalaikan. Sebab satu sama lain adalah saling
mengikat dan membutuhkan dalam penanaman.*
Hakikatnya…
Ketahuilah bahwa
segala sesuatu yang dicampur atau tercampuri, maka ia akan menjadi imitasi atau
hilanglah kemurniannya. Perbuatan menjaga sesuatu dari campuran, atau
memelihara kemurnian inilah yang dimaksud dengan ikhlas. Ia berlawanan dengan
tasyrik (persekutuan). Karenanya barangsiapa yang beramal dengan tidak ikhlas
maka ia berarti menyekutukan-Nya. Namun, ikhlas dalam pengertian tasyrik ini
ada tingkatan-tingkatan. Tasyrik yang dimaksud dengan syariat itu adalah hal
yang nampak sekali (bahkan terang-terangan, yang lebih disebut syirik) dan
menampakkan permusuhannya. Sementara tasyrik yang kaitannya dengan ikhlas
adalah lebih kepada tercampurnya sesuatu atas kemurniannya sesuatu. Ia tersembunyi
dan sublim di dalam hati.*
Sudah seperti
yang disebutkan dalam ayat di atas, yaitu janganlah termasuk orang-orang yang
musyrik atau yang menyekutukan Allah. Menduakan niat suci dengan diiringi niat
yang tidak baik.
Ketahuilah bahwa
ikhlas dan tasyrik itu keluar masuk dalam dada seseorang, sebab keduanya memang
terletak di dalam hati. Seorang yang bersedekah dengan harapan agar orang
memujinya maka ia sudah melakukan riya’ (pamer), dan sifat riya’ ini adalah
tasyrik yang berlawanan dengan hati. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya
kelak di hari kiamat orang yang riya’ itu dipanggil dengan empat sebutan: Wahai
orang riya’, wahai orang penipu, wahai orang musyrik, dan wahai orang kafir.”
Ketahuilah bahwa
ikhlas itu adalah termasuk perbuatan yang sulit dilakukan, sebab hawa nafsu
yang mengelilingi hati manusia. Maka cara yang paling efektif adalah melupakan
semua isi dunia saat hendak beribadah kepada Allah. Sebab sesungguhnya manusia
paling tidak kuasa menerima pujian orang lain.*
Ikhlas adalah tidak melihat ikhlas…
*baca: Samudera
Ma’rifat (Imam Abu Hamid al-Ghazali) hal. 276
Tidak ada komentar:
Posting Komentar