إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
( ٢ )
Terjemahan:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur[1] yang Kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat."
(QS. Al-Insaani (76): 2)
[1].
Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.
|
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memulainya dengan penyebutan penciptaan manusia dari
nuthfah (hasil pembuahan antara sel telur lelaki dan wanita) yang bercampur.
Dengan kekuasaan, kelembutan dan hikmah-Nya, Allah menciptakannnya melalui
beberapa fase; mengalihkannya dari keadaan satu ke keadaan berikutnya, sampai
akhirnya proses penciptaan tersebut tuntas, bentuk dan rupanya sempurna. Selanjutnya, Allah
mengeluarkannya sebagai manusia yang sempurna, bisa mendengar lagi melihat.
Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Menciptakan.
Ayat
ini menerangkan unsur-unsur yang membentuk manusia (setelah lewatnya masa
ciptaan pertama) yakni bahwa manusia diciptakan dari sperma (nutfah) laki-laki
dan ovum perempuan yang bercampur. Berasal dari sulbi laki-laki dan
tulang-tulang dada perempuan dan keluar secara berpancaran. Hal ini bisa
dilihat dari penjelasan surat At-Thaariq (86) ayat 6-7, yaitu “(6) Dia
diciptakan dari air yang dipancarkan, (7)
yang
keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
Maka
yang dimaksud dengan "amsyaj"
(bercampur) dalam ayat ini ialah bercampurnya sperma laki-laki yang berwarna
keputih-putihan dengan sel telur perempuan yang kekuning-kuningan. Campuran
itulah yang menghasilkan segumpal darah ('alaqah)
kemudian segumpal daging (mudgah),
lalu tulang belulang yang dibungkus dengan daging, dan seterusnya, sehingga
setelah 9 bulan dalam rahim ibu lahirlah bayi yang sempurna.
Penjelasan
tersebut juga dapat ditemukan dalam surat Al-mu’minuun (23) ayat 12-14: “(12) Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). (14) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.”
Lalu
Allah mengujinya dengan membebankan kepadanya berupa perintah dan larangan. Hal
ini Allah bermaksud dalam penciptaan manusia adalah untuk menjunjung risalah
Allah di atas dunia ini. Karena kelahiran manusia pada akhirnya bertujuan
sebagai penjunjung amanat Allah, maka kepadanya dianugerahkan pendengaran,
penglihatan yang memungkinkan dia menyimak dan menyaksikan kebesaran, kekuasaan
dan besarnya nikmat Allah. Manusia dianugerahi, pendengaran dan akal pikirannya
itu, sebagai bukti tentang kekuasaan Allah SWT. Disebutkan secara khusus
pendengaran, penglihatan, karena keduanya adalah indra yang paling berfungsi
mengamati ciptaan Allah yang membawa manusia mentauhidkan-Nya. Subhanallah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar