Be Patient... ^_^
Terjemahan:
“Apa yang di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
[QS. An-Nahl (16): 96]
Kesabaran adalah sifat yang
terpancar karena keimanan seseorang. Yang dimaksud dengan sabar yaitu sabar
dalam kebaikan. Nyatalah bahwa sabar adalah perbuatan yang sangat baik (mulia)
dan posisinya dalam syariat sangatlah urgen. Bahkan disebutkan secara
bersama-sama dengan rukun Islam. Karenanya, Rasulullah saw. bersabda:
“Sabar itu sebagian dari iman.”
Pada saat lain Rasulullah saw.
juga bersabda:
“Sabar adalah satu simpanan dari
beberapa simpanan surga.”
Diriwayatkan bahwa Allah
berfirman kepada Nabi Dawud as.:
“Berakhlaklah seperti Akhlak-Ku, sesungguhnya termasuk Akhlak-Ku adalah bahwa
Aku Maha Sabar.”
Ali bin Abi Thalib ra. berkata,
“Islam itu didirikan atas empat
tiang, yaitu iman, sabar, jihad, dan adil.”
Ia kemudian menambahkan bahwa
iman dan sabar itu seperti kepala dan tubuh manusia. Tidak akan bermakna tubuh
jika tanpa kepala. Dan tidak bermakna kepala tanpa adanya pikir (akal).
Pernah juga suatu ketika Umarbin
Khattab menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari dengan wasiat sebagai berikut:
“Hendaklah kamu bersabar, dan
ketahuilah bahwa sabar itu ada yang lebih utama yaitu ketika engkau terkena
musibah. Lebih utama lagi (paling utama) jika engkau sabar dari mencegah
sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT. Ingatlah bahwa sabar adalah tiang dari
iman. Taqwa adalah sebaik-baiknya kebaikan, dan taqwa itu harus dilakukan
dengan penuh kesabaran.”
Abu Darda berkata, “Puncaknya
iman adalah sabar pada ketentuan Allah dan rela akan ketentuan-Nya.” Yang dimaksud
dengan “rela” adalah menerima semuanya dari Allah. Yang dimaksud dengan
menerima di sini adalah tetap adanya usaha (khasb). Karenanya, sabar sering
terkait dengan makna syukur. Karena menerima dengan sabar berarti juga
mensyukuri nikmat dari Allah.
Ketahuilah, sabar adalah kesatuan
yang tak terpisahkan dengan ilmu, hal ihwal, dan amaliyah. Sebab, kesabaran
akan terwujud bila seseorang telah berbuat (adanya amaliyah), dan buah dari
amaliyah adalah sabar itu sendiri. Seperti buah, maka sabar adalah isinya
(dagingnya). Hanya manusialah yang memiliki sifat sabar, sedangkan binatang
tidak, karena kekurangannya. Begitu pula malaikat, tidak dibekali pula sifat
sabar, karena kelebihannya (kesempurnaannya).
Ketahuilah kesabaran yang paling
utama adalah kesabaran yang mengarah pada ihwal agama, misalnya sabar menahan
gejolah hawa nafsy serta sabar menjalankan kewajiban dan fadilah-fadilah
sunnah. Juga sabar menahan nafsu perut dan kelamin agar kita mencapai derajat iffah (menyayangi/memelihara diri). Atau
bisa jadi sabar menahan dari sesuatu yang kita sukai maupun tidak kita sukai.
Sabar dalam menghadapi suatu
musibah bisa kita lakukan dengan tidak banyak berkeluh kesah...
Sabar terhadap harta benda tidak
membuat kita sombong dan kikir atau takut miskin...
Sabar dalam jihad qital (peperangan) tidak gentar menghadapi musuh...
Sabar dalam menghadapi cercaan,
hinaan, fitnah, dengki, dan semacamnya adalah berlapang dada...
Sabar saat menghadapi hidup yang
berlimpah untuk memanjakan tubuh yaitu zuhud...
Dan sabar untuk menerima sesuatu yang sedikit yaitu qanaah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar