Manusia

Pencari Cahaya

Assalamu'alaikum...

Assalamu'alaikum...

Sabtu, 25 Januari 2014

1 Hari 1 Ayat | QS. Al-A’raf (7): 31

ADAB BERPAKAIN dan MAKAN DAN MINUM serta TIDAK BERLEBIH-LEBIHAN




Terjemahan: 
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[7], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[8]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS. Al-A’raf (7): 31)

[7]. Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling Ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[8]. Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Ada tiga bahasan dalam ayat tersebut, yaitu:
1. Anjuran untuk memakai pakaian yang indah
2. Anjuran untuk makan dan minum
3. Anjuran untuk tidak berlaku berlebih-lebihan.

Pertama, anjuran untuk memakai pakaian yang indah.

Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari lbnu Mas’ud, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar buah dzarrah. Lalu seseorang berkata, Sesungguh­nya ada orang yang senang memakai pakaian bagus dan sandalnya juga bagus. Maka beliau bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan tidak menghargai orang lain“. (HR. Muslim)

Demikian itulah yang dipahami oleh para sahabat dan pengikut-pengikutnya. Dan bertolak dari hal itu, Imam Abu Hanifah senantiasa berpenampilan menarik dan berbaju bagus dan berbau harum. Keseriusannya untuk memperindah penampilan dan memperbagus pakaian itu terlihat pada usahanya menganjurkan orang-orang untuk melakukan itu.

Pada suatu hari beliau pernah melihat salah seorang sahabatnya mengenakan pa­kaian yang sudah rusak. LaIu dia mengajaknya ke tempat sepi dan memberinya uang 1000 dirham untuk memperbaiki penampilannya. Maka sahabatnya itu berkata, Aku ini orang kaya dan hidup senang, sama sekali tidak perlu itu. Dan Abu Hanifah pun berkata, “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya. Oleh karena itu kamu harus merubah penampilanmu sehingga kamu tidak direndahkan oleh rekanmu”.

Sudah pasti para da’i yang menyeru kejalan Allah harus senantiasa berpenampilan menarik, rapi serta menyenangkan apabila dilihat, dan tampil lebih menarik daripada orang-orang lain sehingga lebih mudah menyentuh hati mereka serta memasukkan dakwahnya ke dalam jiwa mereka.

Bahkan mereka dituntut untuk berpenampilan seperti itu, meskipun tidak sedang berada di tengah-tengah orang banyak. Karena orang yang menyeru (da’ i) ke jalan Allah harus senantiasa memperhatikan penampilan, kebersihan badan, pakaian, kuku dan rambut mereka, meski sedang berada dalam kesendirian.

Selama memperindah penampilan tidak melampaui batas, maka hal itu termasuk perhiasan yang baik yang dibolehkan dan dianjurkan Allah bagi bamba-hamba-Nya.

Pada hakikatnya berhias dan berpakaian indah adalah dapat dikategorikan akhlak terpuji, perbuatan yang diperbolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam.

Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.”
(HR. Muslim)

Dalam Islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa, perhiasan tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berhias, yaitu mempercantik atau memperelok diri dengan dandanan yang baik dan indah. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat, maka seyogyanya perhiasan yang kita pakai itu haruslah yang baik, bersih dan indah (bukan berarti mewah), karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan.

''Kebersihan sebagian dari iman.''

Selain itu, dalam makan dan minum atau urusan lain kita juga tidak boleh berlaku berlebih-lebihan. Seperti yang diterangkan dalam surat al-An’am ayat 141:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar