Terjemahan:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) mesjid[7], makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan[8]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS. Al-A’raf (7): 31)
[7]. Maksudnya: tiap-tiap akan
mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling Ka'bah atau ibadat-ibadat yang
lain.
[8]. Maksudnya: janganlah melampaui
batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan
yang dihalalkan.
Ada tiga bahasan
dalam ayat tersebut, yaitu:
1. Anjuran
untuk memakai pakaian yang indah
2. Anjuran
untuk makan dan minum
3. Anjuran
untuk tidak berlaku berlebih-lebihan.
Pertama, anjuran untuk memakai pakaian yang indah.
Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari
lbnu Mas’ud, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Tidak
akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar buah
dzarrah. Lalu seseorang berkata, Sesungguhnya ada orang yang senang memakai pakaian
bagus dan sandalnya juga bagus. Maka beliau bersabda, Sesungguhnya Allah itu
indah dan mencintai keindahan. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan tidak
menghargai orang lain“. (HR. Muslim)
Demikian itulah yang dipahami oleh para
sahabat dan pengikut-pengikutnya. Dan bertolak dari hal itu, Imam Abu Hanifah senantiasa
berpenampilan menarik dan berbaju bagus dan berbau harum. Keseriusannya untuk
memperindah penampilan dan memperbagus pakaian itu terlihat pada usahanya
menganjurkan orang-orang untuk melakukan itu.
Pada suatu hari beliau pernah melihat
salah seorang sahabatnya mengenakan pakaian yang sudah rusak. LaIu dia
mengajaknya ke tempat sepi dan memberinya uang 1000 dirham untuk memperbaiki
penampilannya. Maka sahabatnya itu berkata, Aku ini orang kaya dan hidup
senang, sama sekali tidak perlu itu. Dan Abu Hanifah pun berkata, “Sesungguhnya
Allah senang melihat atsar nikmat-Nya yang diberikan kepada
hamba-Nya. Oleh karena itu kamu harus merubah penampilanmu sehingga kamu tidak
direndahkan oleh rekanmu”.
Sudah pasti para da’i yang menyeru
kejalan Allah harus senantiasa berpenampilan menarik, rapi serta menyenangkan
apabila dilihat, dan tampil lebih menarik daripada orang-orang lain sehingga
lebih mudah menyentuh hati mereka serta memasukkan dakwahnya ke dalam jiwa
mereka.
Bahkan mereka dituntut untuk berpenampilan
seperti itu, meskipun tidak sedang berada di tengah-tengah orang banyak. Karena
orang yang menyeru (da’ i) ke jalan Allah harus senantiasa memperhatikan
penampilan, kebersihan badan, pakaian, kuku dan rambut mereka, meski sedang
berada dalam kesendirian.
Selama
memperindah penampilan tidak melampaui batas, maka hal itu termasuk perhiasan
yang baik yang dibolehkan dan dianjurkan Allah bagi bamba-hamba-Nya.
Pada hakikatnya
berhias dan berpakaian indah adalah dapat dikategorikan akhlak terpuji,
perbuatan yang diperbolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan
dengan prinsip dasar Islam.
“Sesungguhnya
Allah itu indah dan menyukai keindahan.”
(HR. Muslim)
Dalam Islam
diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Dalam pengertian bahwa, perhiasan tersebut dapat memenuhi hajat
tujuan berhias, yaitu mempercantik atau memperelok diri dengan dandanan yang
baik dan indah. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat, maka
seyogyanya perhiasan yang kita pakai itu haruslah yang baik, bersih dan indah
(bukan berarti mewah), karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan.
''Kebersihan sebagian dari iman.''
Selain itu, dalam
makan dan minum atau urusan lain kita juga tidak boleh berlaku berlebih-lebihan.
Seperti yang diterangkan dalam surat al-An’am ayat 141:
“Dan Dialah yang menjadikan
kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar